30.1.15

Sudah Saatnya.

30 Januari.

Akhirnya angka tersebut muncul. Artinya hari ini saatnya aku merapikan hiasan-hiasan cantik yang hampir beberapa bulan terakhir menggantung di rumah kontrakanku. Tidak, bukan karena aku di usir oleh empunya kontrakan, tapi memang aku ingin pergi dari rumah ini. Ya, walaupun jika harus jujur rumah ini sangat nyaman, baru bulan lalu aku sebenarnya ingin mencicilnya untuk ku jadikan rumahku sendiri. 

Satu persatu kumasukan kedalam kardus. Mulai dari ruang tamu, kamar tidur hingga dapur. Hanya satu tempat yang belum ku rapikan dan ku tata. Pojok jendela tempat dimana aku selalu menunggu dia. Dengan segala memori yang muncul mulai ku ambil satu-persatu barang yang ada disana. Ku turunkan anggrek kesayangannya, kotak obat, dan juga beberapa hiasan dinding.

Sudah saatnya.
Sampai nanti. Kita akan berjumpa. Disana.




---------------------



16.1.15

Sekeping biskuit dan sudut ruangan.



Satu-persatu biskuit itu mulai kulahap. 

Kuambil segelas susu dari lemari es dan ku ambil beberapa keping biskuit dan kuletekan diatas piring. Kubawa sepasang makanan tersebut di sudut favorit rumahku, jendela. Aku sering duduk di sudut tersebut sambil memandang keluar jendela. Walau kadang yang aku lihat hanyalah daun yang jatuh di halaman satu persatu atau beberapa kucing kampung yang riwa-riwi mencari makan mungkin.

Mulai kuteguk susu di dalam gelasku sambil melihat ke arah lua jendela. Tak ada yang aku pikirkan sejak seminggu yang lalu. Sudah seminggu pula aku tiap sore hanya duduk di sudut ruangan ini. Mataku tetap tertuju pada pemandangan yang ada di luar jendela, ya walaupun sebenarnya tak ada yang cukup menarik mataku ini. 

Ku ambil sekeping biskuit coklat tersebut. Kulahap kepingan yang terbuat dari tepung, susu, telur, coklat ini perlahan, kurasakan tiap elemen yang ada didalam biskuit ini. Dan mulai kulihat pula sosok yang membuatku selalu berada di sudut ruangan ini.




-------


14.1.15

Lalu, berjalanlah hingga akhir.


Ujung perjalanan.

Kuambil penutup kepala yang kusebut itu topi kemudian ku ambil jaket tebal yang lebih menyerupai jas milik kakek-kakek dan kukalungkan tas coklatku yang sudah ada di atas kursi dekat pintu. 

Aku berjalan dengan hembusan angin yang cukup membuat rambutku sedikit berantakan pada bagian luarnya. Aku memilih berjalan kaki daripada membawa kendaraan, alasanku satu: agar lebih lama aku merasakan waktu yang bergulir dan setidaknya aku bisa berpikir lebih lama hingga nanti aku tiba di taman.

Akan kuhirup oksigen yang keluar dari pepohonan, sehingga membuat otakku akan dapat bekerja lebih maximal. Iya, otakku. Bukan hatiku. Ya, hatiku masih aku istirahatkan dari pekerjaan yang keras ini.







--------



9.1.15

Friday.




years by years.
i don't know what to say.
in silence.
i say everything i should say.